Kamis, 02 Februari 2017

SPIRITUALITAS PELAYAN

“..., biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan.
Rom 12:11b
By:Pdm.Arnas Bawohang

Spiritualitas Pelayan
Dalam Alkitab, spirit ditulis dalam bahasa asli: ruakh (Ibrani) dan pneuma (Yunani). Arti kata ruakh atau pneuma dalam Alkitab adalah “nafas atau udara yang menggerakkan dan menghidupkan”. Pengertian ini sama dengan pengertian spirit yang sering kita pakai sesehari, yaitu ‘semangat’. Semangat atau spirit yang kita butuhkan untuk bergerak dan hidup. semangat atau spirit ini hanya kita miliki di dalam Holy Spirit (Roh Kudus).
Dalam Bahasa aslinya kalimat  “…,biarlah rohmu menyala-nyala” di tulis :
τω πνευματι ζεοντες =to pneumati zeontes (roh yang semangat,mendidih,menyala,kuat)
ada 2 kata yang dipakai yaitu:
-pneuma(roh/spirit)
-ze’o (mendidih,menyala,semangat,dan kuat)
Jadi, dari kata itu sendiri, spiritualitas dapat dipahami sebagai sumber semangat untuk hidup, bertumbuh, dan berkembang dalam semua bidang kehidupan di dunia ini, baik secara pribadi maupun bersama orang lain, yang kita peroleh di dalam perjumpaan dengan Allah, sesama dan diri sendiri.

Dimensi-dimensi Spiritualitas Pelayan

Spiritualitas Pelayan memiliki 3 dimensi, yaitu:
perjumpaan dengan Allah dalam doa,
perjumpaan dengan sesama, dan
perjumpaan dengan diri sendiri dalam keheningan perenungan.
Ketiganya tidak terpisahkan karena kasih kepada Tuhan terwujud dalam kasih kepada sesama seperti kasih kepada diri sendiri (bandingkan dengan Dua Hukum Kasih, Mat 22:37-39. 37 Jawab Yesus kepadanya: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. 38 Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. 39 Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.)
Ketiganya merupakan totalitas keberadaan manusia di hadapan Allah.

Sebelum kita dapat mengasihi Tuhan dan melayani sesama maka kita harus mengalami perjumpaan dengan diri sendiri dulu.Dalam perjumpaan dengan diri sendiri itu kita dapat menyadari siapa kita, menerima diri kita apa adanya, dan mengasihi diri kita seperti Allah begitu mengasihi kita.
Buah dari hubungan yang baik dengan diri sendiri adalah perkembangan dalam hubungan dengan orang lain yang juga akan menjadi lebih baik. Kalau kita sudah belajar untuk menerima dan mengasihi diri kita apa adanya,maka kita juga akan belajar untuk menerima dan mengasihi orang lain apa adanya. Yang dimaksud disini bukan egoisme tapi kesadaran atas kenyataan diri.
Spiritualitas Pelayan berpusat pada Allah. Allah menjadi sumber dari spirit untuk hidup dalam semua bidang dan aspeknya, karena Allah adalah sumber kehidupan manusia dan dunia ini. Dengan rendah hati kita mengakui keterbatasan manusia dan karena itu spiritualitas Kristen tidak berpusat pada diri manusia melainkan Allah.
Kita juga harus menyadari bahwa kita dapat menjumpai Allah karena Allah terlebih dahulu bersedia menjumpai kita. Itulah sebabnya Spiritualitas Pelayan merupakan wujud dan kerinduan untuk hidup terarah kepada Allah saja.

Kita bisa belajar dari tokoh-tokoh dalam natal seperti Maria,Yususf,Para Gembala,Orang Majus,bagaimana spirit yang menggerakkan mereka sehingga mereka memiliki perannya masing2 dalam  peristiwa natal yang membuat nama mereka dikenang dalam sejarah kekristenan.
Lebih daripada itu tokoh sentral yang patut kita teladani adalah Yesus sendiri.Yesus adalah contoh yang paling sempurna tentang Spiritualitas seorang Pelayan. Apalagi dalam pelayanan kadang diperhadapkan dengan krisis.

Krisis spiritualitas pelayanan dapat terjadi dalam kehidupan para pelayan Tuhan.
Krisis itu terjadi ketika kita kehilangan arah dalam pelayanan, jenuh atau bosan, terjebak dalam tugas-tugas rutin, letih, kecewa, dan putus asa.
Sebaliknya, krisis spiritualitas juga bisa terjadi ketika kita merasa sukses dalam pelayanan, anggota jemaat semakin banyak, jumlah persembahan meningkat drastis, makin dikenal dan dikagumi banyak orang.
Dalam peristiwa Yesus, kisah Pencobaan di Padang Gurun (Luk 4:1-13) dapat membantu kita untuk melihat macam-macam tantangan yang dapat menimbulkan dan sekaligus memberi harapan untuk mengatasi krisis dalam spiritualitas para pelayan.
-Pencobaan Yesus yang pertama adalah mencari keuntungan diri, “mengubah batu menjadi roti”.
Apa yang saya dapatkan?,apa manfaatnya buat saya?, …merasa tidak berhasil dan berusaha mencari jalan pintas dengan berkedok pelayanan untuk dapat keuntungan. Tujuannya adalah “roti” Yohanes 6:26-27
26  Yesus menjawab mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kamu mencari Aku, bukan karena kamu telah melihat tanda-tanda, melainkan karena kamu telah makan roti itu dan kamu kenyang.
27  Bekerjalah, bukan untuk makanan yang akan dapat binasa, melainkan untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal, yang akan diberikan Anak Manusia kepadamu; sebab Dialah yang disahkan oleh Bapa, Allah, dengan meterai-Nya."

-Pencobaan Yesus yang kedua adalah godaan untuk melakukan yang hebat, yang membuat orang mengagumi diri-Nya: “Jatuhkanlah diri-Mu ke bawah dari bubungan bait Allah dan biarlah para malaikan menatang Engkau di atas tangannya, supaya kaki-Mu jangan sampai terantuk pada batu.”.
Pelayanan atau persaingan?
 Godaan untuk menjadi yang hebat ini datang dari pelayanan gereja ketika kita melihat semangat individualisme yang berkembang dalam pelayanan gereja saat ini.
Bagi seorang Kristen, pelayanan hanyalah sarana, di mana Allah menggunakan umat-Nya untuk menyelesaikan rencana-Nya.
Dalam situasi ini, adalah sesuatu yang keliru dan tidak beralasan apabila para pelayan saling menandingi dan menjelekan, serta menyombongkan diri satu terhadap yang lain. Karena setiap pelayan Tuhan diberkati Allah dalam keunggulan dan kelemahannya masing-masing, agar menyadari bahwa Allahlah Sang Pemilik pelayanan yang sebenarnya. Inilah yang harus diyakini oleh setiap hamba Tuhan dalam memulai pelayanan apapun, bahwa, “Ketika Allah memangil seseorang… Ia juga akan menetapkan orang tersebut dengan karakter, hasrat, pengetahuan dan karunia-karunia pelayanan untuk melakukan tugas,”.

-Pencobaan Yesus yang ketiga adalah godaan yang berhubungan dengan kekuasaan: “Aku akan memberikan kepada-Mu seluruh kerajaan dunia ini dengan kemegahannya.”
Dalam sejarah gereja sudah nampak dengan jelas godaan akan kekuasaan dalam diri pemimpin gereja. Gereja zaman dulu terus-menerus meyakinkan diri bahwa kekuasaan itu baik, asal digunakan dalam rangka pelayanan kepada Allah dan sesama saudara. Inilah yang menyebabkan perang salib, kolusi gereja dan penguasa, perpecahan gereja Timur dan gereja Barat pada abad kesebelas, dan gerakan reformasi pada abad keenambelas.
Perebutan kedudukan dalam kepemimpinan puncak gereja yang akhirnya mengakibatkan perpecahan gereja juga berakar dari godaan akan kekuasaan.

Itulah sebabnya setiap pelayan Tuhan harus bisa mendeteksi dan menyadari spirit apa yang menggerakkan seseorang dalam pelayanan.

*Melayani dengan iman dan urapan(karunia rohani) itu baik dan perlu agar bisa maksimal, tapi jika tidak disertai dengan spiritualitas yang benar maka karunia rohani hanya akan menjadi alat ambisi pribadi.
 Lukas 9:54-55
54 Ketika dua murid-Nya, yaitu Yakobus dan Yohanes, melihat hal itu, mereka berkata: "Tuhan, apakah Engkau mau, supaya kami menyuruh api turun dari langit untuk membinasakan mereka?"
 55 Akan tetapi Ia berpaling dan menegor mereka.
Ye know not what manner of spirit ye are of (KJV) οιου πνευματος εστε υμεις (hoios pneumatos este humeis)
“tidakkah kamu tahu spirit/roh macam apa yang ada padamu”

Itulah sebabnya kalimat “biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhantidak bisa dipisahkan dari kalimat2 sebelumnya.
Amen !